"Buatkanlah cerita untuk saya!" Pesannya melalui SMS suatu sore. Waktu itu saya sedang di vila, rumah nyaman saya di pegunungan.
Di sela-sela mengurus rumah, mengasuh anak, juga saat membersihkan rumput di halaman belakang, saya susun kisah pesanannya lewat SMS, tentang sepasang manusia yang berkomunikasi, setelah mengakhiri hubungannya.
"Sudahkah drama itu tamat?" Tanya pria
"Panggung telah sunyi, mengapa masih bertanya?" Jawab wanita.
"Cuma memastikan, mungkin ada kejutan."
"Nasi sudah di mulut, lupakanlah masa-masa beras."
"Tapi beras kebutuhan hidup."
"Masih banyak beras lain."
"Harus mencari."
"Hidup ini pencarian, berhenti mencari sama dengan mati."
"Kematian sepertinya lebih baik."
"Kehidupan jauh lebih baik."
"Hidup saya suram."
"Suram itu sejuk. Suram itu banyaknya kemungkinan, dan banyaknya kemungkinan adalah keluasan, dan dalam keluasan kita bebas memilih, bukankah kebebasan itu dambaan semua orang. Aa, kita kuburkan saja kisah kita, dan selayaknya kuburan--kalau bukan karena terpaksa--jangan sampai kita menggalinya. Sekarang saya sudah bersuami. Dua gelar sarjana Aa sandang, masa depan Aa lebih terang. Yakinlah A"
Cerita saya pendek saja. Saya harap, itu cukup menguatkannya, untuk menerima, dan membuka buku baru untuk kisah lainnya.
Akan tetapi, lain kisah saya, lain pula kisah nyatanya.
Yang nyata, si wanita malah seperti mau membuka cerita.
KCB Hanyalah Film (3)
Written By Unknown on Selasa, 19 November 2013 | 15.32
Ditulis Oleh : Unknown ~Penulis Bajingan
Anda sedang membaca artikel berjudul KCB Hanyalah Film (3) yang ditulis oleh Penulis Bajingan yang berisi tentang : Dan Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.
Blog, Updated at: 15.32
0 komentar:
Posting Komentar