Ruang batinku pernah disesaki nama seseorang
Maka rasaku terhimpit beban
Demi ringankan itu aku menulis banyak-banyak
Puisi untuknya, novel tentangnya, dan catatan harian dari detil-detik kehidupan saya yang bersinggungan dengannya. Dan karena itu, saya nyaris mengingatnya setiap saat, di setiap gerak, nyaris di semua desah nafas. Dialah orang yang terakhir saya ingat saat menjelang tidur, dan manusia pertama yang kuingat saat saya bangun.
Betapa parah, betapa mengerikannya kerinduan saya
Dahaga, kering rasanya jiwa ingin terpuaskan
Dengan kedatangannya, dengan SMS-nya
Dengan kata-katanya
Yang anehnya, semakin keringinan itu membara, semakin terasa jauhnya
Dia seperti tak peduli, seperti jadi enggan, tampaknya jadi sungkan
Dan saya kecewa berat, menundukkan kepala, memperhatikan dada, memeriksa hati di dalamnya,
Ah betapa kotornya, dan sampah-sampah itu adalah, ingatan saya padanya
Bukankah mengingat itu bukan kepadanya, melainkan harus kepada-Nya
Oh Alloh, saya kembali pada-Mu,
Aku hanya ingin mencintai-Mu
Dan masya Alloh
Ampun
Justeru ketika itulah, pesan selulernya datang malah
"Assalamualaikum..." katanya.
Bertambah banyak kutempatkan namanya dalam hatiku, bertambah lebar rentang jaraknya denganku
Sebaliknya, bertambah banyak kutempatkan nama Alloh dalam hatiku, bertambah lagi intensitas godaannya pada batinku.
Jadi, harus bagaimanakah aku?
Kujawab sendiri, sepertinya HARUS BEGINI
Semakin Hatiku Peduli Padanya, Semakin Dia Tidak Peduli
Written By Unknown on Jumat, 22 November 2013 | 14.25
Ditulis Oleh : Unknown ~Penulis Bajingan
Anda sedang membaca artikel berjudul Semakin Hatiku Peduli Padanya, Semakin Dia Tidak Peduli yang ditulis oleh Penulis Bajingan yang berisi tentang : Dan Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.
Blog, Updated at: 14.25
3 komentar:
jadi ini alasannya? aku sangat penasaran knpa sampai bgitu inginnya mbuang cinta yg manusiawi, tapi inikan hal yang manusiawi..??
Tidak setiap yang manusiawi itu islami mbak
Posting Komentar