Written By Unknown on Jumat, 01 November 2013 | 16.05
#Kartini Day at School 05.00 WIB
Twinkle-twinkle little star memanggil dari tubuh mungil di atas meja
belajar. Alarm manis membangunkanku dengan sukses. Sebelum tidur tadi
malam aku setting jam lima. Biar nggak kesiangan. Hari ini harus
berangkat pagi-pagi.
Meluncur dari tempat tidur. Menuju kamar mandi, gosok gigi dan wudhu. Itu kebiasaan ku ketika bangun tidur. Shalat Shubuh di kamar atau kadang-kadang bersama Mama di Mushalla.
Finish.
Walau hanya beberapa halaman aku mengaji. Ini ajaran Papa. Membaca
Al-Qur'an itu wajib hukumnya. Papa memang muallaf, tetapi pemahan
agamanya luar biasa. Menikah dengan Mama membuat Papa menjadi seorang
muallaf yang tha'at. Aku bahagia dan sangat bersukur terlahir sebagai
muslim. Papa mengajariku menutup aurat dari sejak masih berumur
lima tahun. Tepatnya sejak masuk SD. Seragamku berbeda dengan
teman-teman. Bisa dibilang aku satu-satunya murid yang berhijab. That's Nice.
Ketika berada di lingkungan rumah aku juga menjadi satu-satunya yang
berhijab. Aku bahagia. Aku tidak merasa ribet seperti yang dipikirkan
orang-orang. This part hanya untuk menggambarkan betapa Papa itu
muallaf yang tekun mempelajari Islam dan mengamalkannya. Hingga akhirnya
mengajarkan pada ku, puteri semata wayangnya....
Selesai mengaji. Mama mengingatkanku untuk segera mandi karena hari ini ada Kartini Day di Sekolah.
Semua kostum sudah disiapkan dengan baik oleh Mama tersayang. Thema yang kuambil pakaian adat dari Yogyakarta. Tetap berhijab. Itu konsepnya.
Papa dan Mama mendukung. Karena acara ini juga melibatkan wali murid
dan harus serasi dengan murid, maka Papa dan Mama juga tidak terlalu
susah untuk menyiapkan.
Subhanallah. Aku terkejut happy. Melihat wajahku di cermin. Ku pandangi dengan seksama dari ujung kaki hingga ujung rambut... Berasa cantik.
Kulit putih ngikut papa. Tinggi badan campuran Mama Dan Papa. Tapi face
asli Yogya... Hihihi. Menjadi terkikik sendiri. Membayangkan Papa
dalam balutan busana Jawa. Seperti apa ya...? Pasti cakep, Papa. Siapa dulu dong...
''Okinohara... Please, quickly...'' Itu suara Papa. Segera aku meluncurrrrr...
''Papa..'' jelas aku tersenyum saat itu semanis mungkin. Mendekati Papa
dan Mama yang sydah menunggu di ruang keluarga. Mendadak senyap.
Hening. Mama dan Papa terpaku memandangiku. Ah, aku jadi malu, sedikit
bercampur dengan tidak pe-de.
''Subhanallah, honey, look at our princess...'' Mama lalu mendekatiku, sambil berbisik. ''Baby, look at your self'' ''ah Mama...'' ''Really Baby, a princess''
Hahaha Semua tertawa. Jelas aja princess. Anak perempuan satu-satunya di rumah. Hehe.
Sekolah sudah ramai. Musik dari pentas terdengar merdu dari pintu
gerbang. Papa memarkir mobil di bawah pohon waru. Biar tidak terlalu
kepanasan nanti siang. Perlahan turun dari mobil dibantu Mama. Pertama
kalinya mengenakan pakaian adat Jawa yang feminin begini. Bak putri
kerajaan... Ciehhhh. Dari mana...?
Berjalan dengan
hati-hati. Kami bertiga ternyata datang di waktu-waktu terakhir sebelum
acara dimulai. Kontan mengundang perhatian hampir semua orang. Papa yang 'bule' jelas mendapat perhatian lebih. Tapi tenang aja, Papa orangnya friendly dan pandai membawa diri...
Tepat pukul tujuh acara dimulai. Mc segera naik ke pentas. Suasana
mendadak menjadi sangat meriah. Keki juga aku, dengan berpakaian seperi
ini. Tapi setidknya aku masih berhijab dan insyaAllah semua aurat sudah
tertutup rapat. Duduk diantara Mama dan Papa dalam suasana meriah membuatku tenang. Tentram, dan damai...
Satu persatu acara kami lalui.
Acara selanjutnya fashion show. Ini diikuti oleh semua siswa siswi
kelas dua saja. Sednagakn siswa siswi kelas satu dan kelas tiga mengisi
acara pentas seni.
Mama dan Papa meyakinkanku. Kami saling
memberiKan senyum support dan masih duduk di kursi. Peserta pertama
pakaian adat Bali. Cantiknya. Adel memang cantik. Mama dan Papanya
mengikutinya dibelakang. Tidak terlihat canggung di atas pentas. Adel
menguasai panggung. Dibalut pakaian yang excotic... Satu per satu peserta menampilkan kebolehan dirinya di atas pentas. Suasana menjadi semakin meriah. Pakaian adat Sumatra, Aceh, Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Timur... Dan masih banyak lagi.
Tibalah pakaian adat Jawa. Aku nomer lima karena ada sepuluh siswa yang
memilih tema ini. Aku sedikit nervous. Hatiku berdebar. Aku mulai ragu.
Ku genggam tangan mama erat-erat. Mama membalasku, itu untuk
meyakinkanku. Bagaimana tidak nervous. Aku satu-satunya yang berhijab.
Dan tidak di make over. ... Tapi aku ingat pesan mama, tidak dimake over
itu tidak masalah. Karena yang dinilai itu bukan make up nya tetapi
kepiawaian kamu di panggung. Aku ingat dan aku ingat...
Tibalah giliranku. Aku merasa semua mata memandangku. Oh, iya, jelas karena setiap yang akan naik pentas pasti mendapat perhatian.
Tepuk tangan meriah kami dapatkan, aku melirik Papa sebentar, senyum gantengnya auuu membuatku ketiban pede dari langit.
Musik pengiring telah berputar. Dukungan dan eriakan teman-teman sekelasku membuatku 'Masuk'. On fire!
Entah mungkin itu bukan aku. Bukan okinohara yang pemalu.
Aku menggandeng tangan Mama dan Papa. Melangkah tenang dan santai. Aku tersenyum seperti biasa. Setelah memberi salam ke seluryh penjuru panggung aku gamit lengan kedua orang tuaku itu menuju podium. Ajaib.
Percaya diri mwmbuatku sanagt berani dan pe-de di panggun.
''Assalamu'alaykum. Selamat hari Kartini saya ucapkan kepada seluruh
warga SMAN 1 YOGYAKARTA... Semoga kita menjadi generasi penerus
Kartini.. Generasi yang mampu menghargai wanita dan anak-anak perempuan
di negeri ini. Menyayangi wanita sebagai Ibu, Kakak, Adik, teman dan
sahabat... Perkenalkan my Brilliant Mama dan My Excellent Papa...
Okinohara bangga dan bahagia terlahir dari keduanya...''
Off. Lega rasanya.
Sukses tampil di atas pentas. Hampir semua orang menyalami kami sewaktu
kami turun. Dibilangnya aku hebat. Padahal aku tidak tahu hebatnya di
mana. Aku hanay mengenalkan diriku dan orang tuaku. Satu-satunya peserta
yang memperkenalkan diri...
Mama sudah berpesan padaku, tidak
menang tidak masalah yang penting memeprsembahkan uang terbaik. Kita
fitting baju sudah sejak bulan Januari, agar bisa tampil serasi di
panggung. Kalau kebetulan aku 'bicara' di panggung itu hanya
'kecelakaan' saja, karena tidak ada gambaran sebelumnya. Apalagi sesi
berpelukan bertiga di panggung itu hanya 'haru attack' saja.
Murni....Dan justru hal itusukses mengundang perhatian semua orang.
Pengumuman.
Penjurian telah selesai. Tibalah saatnya panitia mengumumkan siapa yang
akan menajdi pemenang dalam lomba fashion show dalam rangka Kartini Day
tahun ini.
Hening. Semua orang tegang. Termasuk aku. Masih
menggengga, tangan Mama. Agar lebih tenang. Papa memberiku minum. Ah,
Papa, kan jadi ketahuan kalau bisa dikasih minum sama Papa, dasar anak
manja...
Dengan lantang Mc memanggil para pemenang untuk naik ke pentas.
''Juara faforit diraih oleh ananda Silvi''
Sekian menit kemudian Silvi telah berada di panggung diiringi lagu 'we
are the champion'' dan tepuk tangan dari semau yang hadir. Aku bersorak.
Silvi itu teman sebangku ku di kelas.
''Juara ketiga diraih oleh ananda Aubin''
Wow? Aubin. Itu kan ... Oke deh, selamat ya Aubin kataku dalam hati.
Aubin itu anak IPS yang suka jahil sama kelompokku. Iseng dan masih
banyak lagi. Busana adat Kalimantan Barat. Dia naik bersama orang
tuanya.
''Juara kedua siraih oleh Jihan'' Yaa Ampuuunnnn
Jihan, si tomboi itu menang juga. Memang cantik banget Jihan hari ini.
Dia teman sekelasku. Biasanya rambut keritingnya dibiarkannya terurai
bebas, tapi hari ini dia terlihat lebih anggun dengan busana Jawanya.
Aku bilang sama Mama, ''Mama, we're not the champion. And it's no
problem'' mama mengangguk setuju, begitu juga dengan Papa. ''You did it,
well baby'' Papa menenangkan hatiku. Aku memang tidak terlalu berambisi
untuk menang. Tapi setidaknya kemenangan itu pernah terlintas di
benakku tadi malam...
Hening, Hanya musik dari pentas yang meramaikan suasana.
''Dan pemenang kita hari ini adalah....'' Mc nya nakal ah, itu biasa dilakukan oleh para Mc untuk membuat audience penasaran. Dan aku juga.
''Dan pemenang nya adalah... Dia seorang anak dari kelas IPA 1.
Sederhana namun memancarkan keistimewaan. Banyak talenta yang
dimilikinya...'' Aaahhh, yang dari kelasku ada lima orang yang dua
orang udah menang tadi. Silvi sama Jihan. Berarti tinggal Pauline, Airin
dan aku. Tapi jangan aku. Itu tidak mungkin. Aku paling culun...
''Pemenangnya adalah Okinohara.. Silahkan naik ke pentas...''
Haaaaa? Aku hampir jingkrak-jingkrak. Yes! Am I? Mama dan Papa mengendalikan ku.
Kami menuju pentas. Nggak nyangka banget tahu nggak sih. Nggak di make
over. cuma pake bedak bayi, dan lip gloss biar bibir nggak kering...
Wowwwww....
Mendapat thropy dari kepala sekolah dan dinobatkan
menjadi Puteri Kartini 2013. Itu bagus. Aku sangat bersyukur... Allah
telah Memberiku ni'mat yang luar biasa... Papa yang sejak Januari lalu
meyakinkanku tetaplah berhijab, aku peluk kenceng banget. Big hugg
Papa...
Belakangan aku tahu mengapa aku menang. Jawabannya,
aku tampil natural dan apa adanya. Dan tampilanku di panggung itu
mengajarkan kasih sayang dan kedekatan antar anggota keluarga.
Kalo begitu, give thanls to Allah, Mama and Papa.
AlHamdulillah. Satu minggu setelah Kartini Day itu aku diwawancari oleh Tim Redaksi majalah sekolah.
Banyak yang mereka tanyakan. Sampai akhirnya sampai pada pertanyaan yang menggelitik hatiku.
''Okinohara ini Cina ya? Atau apa ya? Kok kemarin itu papanya bule?''
Hahaha ini yang mewawancari polos banget naNyainnya...
''Yes, MBak, I'm Indoland and I'm Moslem. Jadi berhijab itu wajib, meski dalam acara Kartini day sekalipun''
Wawancara berakhir dengan sangat mengenaskan karena aku kehausan dan laper, satu lagi, kangen sama Cimot dalam stadium lanjut.
Cimooootttttt, Oki is coming.
The end.
(30 April 2013, Kartini Day Story) By Okinohara and Cimot
0 komentar:
Posting Komentar